MasAngin

Image

 

Adalah salah jika ketika anda membaca judul diatas, anda beranggapan angin merupakan seorang laki-laki. walaupun dalam sejarahnya dewa bayu merupakan dewa angin yang berjenis kelamin laki-laki, namun disini kita tidak akan membicarakan sang dewa. Setelah melakukan wawancara dengan dua orang, yakni dua orang yang membesarkan saya, Masangin merupakan singkatan dari Masuk diantara dua Pohon Beringin. 

 
Tahukah anda sebelumnya bahwa ritual yang dinamakan masangin ini sebetulnya merupakan salah satu ritual atau latihan yang biasa dilakukan di alun-alun kidul yogyakarta. Mengapa bisa demikian karena pada proses pembuatan kepala (red. jeron beteng) alun-alun lor memiliki watak ribut, sedangkan alun-alun kidul sebagai penyeimbang yakni sebagai tempat palereman (istirahat).
 
kembali ke latihan tadi, masangin merupakan bagian dari latihan konsentrasi dari prajurit kraton dengan berjalan diantara dua Ringin Kurung (pohon beringin) dengan mata tertutup. Menurut mitos pula bahwa jika ada yang berhasil melakukannya itu pertanda bahwa orang tersebut memiliki hati yang bersih dan permohonan yang diminta akan dikabulkan.
 
Image
 
Sebetulnya menurut saya tidaklah salah jika saat melalui ringin kurung anda berdoa memohon sesuai kepada Tuhan, bukankah berdoa bisa dilakukan dimanapun dan kapan saja, media pun juga bisa berupa apa saja asalkan niat dan kesungguhan kita tetap pada-Nya, bukankah masjid dan ka’bah sekalipun merupakan media juga.
 
Image
 
Selain masangin, sebetulnya ada latihan lainnya yakni setonan (ketangkasan berkuda), manahan (lomba manah dengan duduk bersila), dan rampok macan (lomba adu harimau). Tapi sayang cuma manahan saja latihan yang masih tersisa, walaupun sekarang lebih modern dan ga pake bersila latihannya dan yang latihan pun para atlet, bukan prajurit.
 
Oiya masangin ini sebetulnya tidak harus dilakukan pada malam hari loh, bisa juga pas siang hari, karena pada hakekatnya kan kita jalan dengan mata tertutup. Saya mengambil gambar sewaktu bermain bersama @hushtaz, @ahnaflubab, dan @rikhaoops
 
Image
Image
 

Dunia Tanpa @twitter

Image

Dunia tanpa twitter
Mungkin ini merupakan sesuatu yg aneh aku mulai menandai perjalanan ini
Dulu jauh sebelum media berevolusi secepat ini, semua jauh lebih simpel dan bermakna

Tidak ada telpon genggam apalagi jejaring sosial, semua saling berhubungan dengan keterbatasan
baik batas jarak, waktu, dan biaya. 
 
Image
 
Orang melangkah dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan, orang menyeberangi lautan dengan berenang. Hingga kemudian manusia menciptakan kendaraan kereta untuk darat, kapal untuk lautan 
semua dilakukan karena manusia tidak sabar akan perjalanan ini.
 
Image
 
Namun sekarang semua batas nampak terdistorsi, melengkung menjadi sempit, sehingga semua perjalanan jauh itu cuma dipisahkan dalam milidetik, atau sepersekian milyar detik
Rasanya baru kemarin kita naik kereta, mungkin tahun depan kita sudah berpergian dengan teleportasi
 
Image
 
Twitter o twitter, jejaring sosial yang satu ini nampaknya sekarang menjadi sangat mainstream dibanding jejaring sosial lainnya, twitter sudah menjadi milik semua, bisa dikatakan twitter adalah dunia saat ini
Lalu apa yang bakal terjadi jika dunia ini tanpa twitter
 
Perjalanan ini saya kisahkan dalam perjalanan menuju dunia tanpa twitter, saya mendatangi dunia dimana twitter itu tidak populer, dimana dunia tersebut tidak akan terlalu goyah jika tersapu badai matahari
 
Image
 
Berawal dari batalnya perjalanan menuju wakatobi tahun lalu, maka tahun ini kami merencanakan untuk pergi ke karimunjawa. kesempatan ini kami mencoba mencicipi kapal cepat baru yang ada di karimunjawa, yakni express bahari 9
 
Image
 
Kapal ini jauh lebih cepat dibanding kapal kartini dan lebih MURAH dengan tiket eksekutif 84rb dan vip 104rb, full ac dan harap hati2 bagi para claustophobic, karena di kapal cepat ini kita diajak bergoyang tanpa mampu memandang lautan / horizon dengan leluasa, sehingga sangat memabukkan bagi para pelancong yang buka pelaut. Jika ombak terlalu tinggi kapal ini terkadang menurunkan kecepatannya, sehingga harap-harap maklum jika seringkali kapal tidak tiba tepat waktu
 
Image
 
Kali ketujuh ini saya mendaratkan kaki saya ke karimunjawa, dan untuk pertama kalinya saya tidak menginap di mainland, kali ini saya mencoba wisma yang lain dari yang biasanya, yakni WISMA APUNG. 
 
Image
 
Sebetulnya saya mau mengkritik penamaan wisma ini, sebab sebetulnya wisma ini sama sekali tidak mengapung, kecuali tempat bersandar kapalnya saja. Wisma ini dibangun dengan menancapkan pasak2 kayu di batu dan pasir di sekitar pulau menjangan besar. Jadi saya lebih senang menyebut wisma ini dengan wisma temancep (red. bhs jawa) atau wisma tertancap.
 
Image
 
Berawal dari menjangan kecil, kemudian bersandar di geleang, dan lanjut ke gosong cemara. tidak ketinggalan juga pulau kecil, pulau bekas penelitian kawan saya Pepen, ini sekarang sangat ramai, dan saya kehilangan banyak sekali anemon dan clown fish disini 😦 karena sulit sekali menemukan nya sekarang. Kalau pengen nuansa pasir putih seperti kolam renang yang luas, nuansa pirates of caribean dead man chest dateng lah ke cemara besar, this place will be a great scene for a movie shootage in indonesia. Tempat terbaik yang saya kunjungi kali ini adalah pulau gosong di selatan pulau kecil, karena tempatnya yang terekspos langsung di luar pulau karimunjawa besar sehingga arus dan gelombang yang lebih kencang, sehingga agak lebih jarang wisatawan yang mengobrak-abrik wilayah ini, sehingga tempat ini wajib menurut saya buat para diver, terutama sisi utara, klo bisa sih sisi timur 🙂
 
Image
 
Oiya perjalanan kali ini adalah perjalanan mancing, jadi sebagian besar waktu kami habiskan diatas kapal, dan sesekali mencoba free diving di sekeliling nya. Di produser-i oleh pakde eko, saya bersama pops menemani the three musketeers yang insane yakni faras, fadil, dan ayu
 
Image 

Sultan Hamengku Buwono I adalah seorang Diver (Penyelam)

 

Apa kiranya yang muncul di benak anda bahwa olahraga selam ternyata telah dilakukan oleh raja mataram beberapa ratus tahun silam? terkejut, terkesima, bangga, atau biasa aja, hehehe, here’s the story i read from Ngayogyakarta Book.

Latihan yang dijalani oleh Raden Mas Sudjono atau yang selanjutnya disebut dengan Sultan Hamengku Buwono I dalam perjalanan studinya untuk menjadi orang dewasa adalah dengan penguasaan batin, pikiran dan perasaan. secara praktis beliau berlatih berkuda guna menyatukan penunggang dengan kuda itu sendiri. Namun ada kegiatan yang sangat menarik untuk disimak selanjutnya.

Beliau melakukan hyperventilasi secara rutin, isn’t wow???

Berbekal kemauan keras, seringkali ia menguji jasmaninya dengan tuntutan-tuntutan berat. Tersebutlah dalam kitab “Cebolek”, bahwa tiap hari jumat Raden Mas Sudjono suka melepaskan kedua cicin berliannya yang bernama Pepe dan Telawong, lalu ditempatkan ke dalam suatu sungai, di malam hari kemudia ia terjun ke dalam sungai itu untuk mencari kedua cincin berlian itu sampai ketemu kembali. Seringkali terjadi, bahwa kedua cincin itu dilemparkan pada jam sembilan malam, dan baru bisa diketemukan lagi di dasar sungai pada waktu menjelang fajar.

Ini merupakan model penyelaman paling tradisional yang pernah dicatatkan oleh sejarah kerajaan mataram. Bahwa sang sultan merupakan seorang diver yang melakukan bukan demi harta karun atau kesenangan semata, tetapi untuk penggemblengan jiwa dan raganya. Mungkin kalau di era sekarang bisa diibaratkan seperti memburu adrenalin untuk menguji nyali apakah fisik dan mental kita dapat bertahan dalam suatu kegiatan atau olah raga ekstrem.

Berbanggalah saya dan teman-teman saya yang berhasil lolos ujian selam sewaktu tes masuk pertama Unit Selam UGM. Sebab, diantara lima ujiannya tertulis syarat bahwa calon peserta harus mampu mengambil barang di dalam air pada kedalaman tertentu. Bisa lah kita katakan bahwa para calon anggota telah menjalani porsi latihan Sultan Hamengku Buwono 1 atau Raden Mas Sudjono, sehingga inilah yang menjadikan para anggotanya yang telah menjalani rangkaian pelatihan pun pasti akan menjadi istimewa.

Yaa walaupun sebetulnya yang diambil terlalu mudah sih, jika dibandingkan dengan kondisi latihan beliau. Namun at least selam merupakan salah kegiatan yang dilakukan untuk latihan disiplin dalam penyatuan jiwa dan raga oleh Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalogo, Ngabdulrahman, Sayidin Panatagama kalifatullah, yang artinya raja yang memerintah dunia, pemimpin tertinggi prajurit perang, abdi dari Dia yang tertinggi, pengatur agama dan wakil dari Tuhan.

Backpacking ala Hamengku Buwono I

Beberapa dekade terakhir kegiatan outdoor adventure seperti perjalanan menelusuri hutan, menyelam, dan mendaki gunung lebih menekankan pada tujuan-tujuan ilmiah, olah raga, dan hiburan yang sehat, kemudian almarhum Soe Hok Gie pun menganggap bahwa olah raga mendaki gunung merupakan latihan untuk menebalkan cinta pada tanah air. lalu apa arti kegiatan seperti trekking, mountaineering dan diving di masa lalu di saat larry page belum bertemu sergey brin, saat bill gates belum bertemu paul allen atau saat steve jobs belum bertemu steve wozniak…..

 

… they was craved for faith and love

 

Adalah Sultan Hamengku Buwono I, di masa remajanya bernama Raden Mas Sudjono yang seringkali berjalan kaki mengarungi hutan, menuju ke telaga-telaga, mengembara di sepanjang pantai, mendaki bukit-bukit kapur di pantai selatan. Diantara kegiatan petualangan tersebut yang paling sering dilakukan oleh beliau adalah mendaki Gunung Merapi, damnn saya belum pernah sekalipun melakukannya, suatu saat pasti akan kususul 🙂

 

Perjalanan (travelling) dilakukannya untuk bisa lebih menghayati pergaulan dengan pohon-pohon, rumput-rumputan, binatang-binatang, embun, margasatwa, dan isi alam lain. Pendekatan dengan ciptaan Tuhan adalah caranya untuk mendekati “Kang Murbeng Jagat” (Yang Menguasai alam Semesta) sendiri, dengan kata lain perjalanannya ke alam merupakan kebaktian agama secara individu yang tak kalah pentingnya dengan kebaktian agama secara kolektif di masjid-masjid, di gereja-gereja, di biara-biara, di kuil-kuil atau di tempat ibadah lainnya.

 

Saat mendaki gunung dia sering berhenti di tengah-tengah keindahan alam, selalu, sambil menghisap keindahan, ia melakukan perenungan-perenungan. inti dari perenungan ini adalah upacara untuk berkomunikasi dengan Kang Murbeng Jagat . Persoalan yang direnungkan mulai dari pribadinya yang ruwet, galau, rumit, pokoknya yang menggelisahkan jiwanya. Namun apapun persoalannya beliau selalu merenungkan dengan dasar pada kesadaran akan “sangkan paraning dumadi” yakni darimana dan akan kemana seisi alam ini, semua permasalahan dikembalikan pada sumber kejadiannya.

 

Proses komunikasi dengan Kang Murbeng Jagat sebenarnya merupakan sikap dari jiwa yang sedang bercinta, sehingga dapat dikatakan bahwa perjalanannya ke alam adalah perjalanan percintaan. dengan mencintai sesama ciptaan Tuhan di dalam semesta ini maka akan meneruslah percintaan itu kepada Sang Pencipta sendiri.

Kalau dalam era modern ini seringkali kita memerlukan kamar studi (kelas) untuk belajar, ya walaupun sekarang sudah banyak sekali kurikulum yang lebih mengajak siswanya untuk keluar mengenal alam secara langsung, namun pada waktu Raden Mas Sudjono belajar (self-learning) kamar studinya adalah alam dan desa, sebab kamar studi semacam itu lebih cocok bagi seorang yang energinya dan gairah hidup yang besar. Pohon, burung, bulan, sungai, laut dan kehidupan rakyat kecil adalah perpustakaannya.

 

Nah sekarang kita pasti sudah membayangkan seorang pangeran jalan-jalan pastinya didampingi oleh bodyguard lengkap dengan umbrella girl dan kendaraan mewah, oke cukup, berhenti sampai disitu, sebab jangan berimajinasi beliau memakai pakaian-pakaian kerajaan resmi lebih-lebih pakaian adventure yang saat ini wajib dipakai saat berkegiatan outdoor adventure. Tanpa kamera dan alat-alat lain untuk menyimpan kenangan dan pencapaiannya, beliau hanya menggunakan anugrah yang sudah diberikan Kang Murbeng Jagat yakni pikiran dan hati. Kenyataannya beliau berpakaian sehari-hari layaknya seorang santri, sehingga ia lebih bisa menghayati pergaulan yang spontan dengan rakyat di desa-desa.

 

Beliau tidak memiliki guru secara khusus dalam belajar, terkecuali alam semesta. Pergulatannya dalam perenungan sangkan paraning dumadi nya akhirnya berakhir, beliau menemkan bahwa sejatinya tujuan hidup seorang manusia adalah: bisa membahagiakan hati sesama makhluk, memuliakan sesama yang tumbuh, memperbanyak perbuatan baik, berlemah-lembut dalam bahasa, bahasa yang penuh maksud baik, menggembirakan para pendengarnya (Nukilan dari Babad Giyanti, yang disampaikan Raden Mas Sudjono kepada Ronggo Wirosetiko dan Demang Djojoroto)

 

dari situlah akhirnya beliau melepaskan semua ego nya dan mengaktualisasikan dirinya, tanpa mengharapkan imbalan apapun, untuk kesejahteraan manusia dan menjadi raja pertama Ngayogyakarta Hadiningrat.

 

Diambil dari Latihan Sultan Hamengku Buwono I di masa remaja oleh W.S. Rendra dalam Ngayogyakarta dan foto dari komari art galery