Backpacking ala Hamengku Buwono I

Beberapa dekade terakhir kegiatan outdoor adventure seperti perjalanan menelusuri hutan, menyelam, dan mendaki gunung lebih menekankan pada tujuan-tujuan ilmiah, olah raga, dan hiburan yang sehat, kemudian almarhum Soe Hok Gie pun menganggap bahwa olah raga mendaki gunung merupakan latihan untuk menebalkan cinta pada tanah air. lalu apa arti kegiatan seperti trekking, mountaineering dan diving di masa lalu di saat larry page belum bertemu sergey brin, saat bill gates belum bertemu paul allen atau saat steve jobs belum bertemu steve wozniak…..

 

… they was craved for faith and love

 

Adalah Sultan Hamengku Buwono I, di masa remajanya bernama Raden Mas Sudjono yang seringkali berjalan kaki mengarungi hutan, menuju ke telaga-telaga, mengembara di sepanjang pantai, mendaki bukit-bukit kapur di pantai selatan. Diantara kegiatan petualangan tersebut yang paling sering dilakukan oleh beliau adalah mendaki Gunung Merapi, damnn saya belum pernah sekalipun melakukannya, suatu saat pasti akan kususul 🙂

 

Perjalanan (travelling) dilakukannya untuk bisa lebih menghayati pergaulan dengan pohon-pohon, rumput-rumputan, binatang-binatang, embun, margasatwa, dan isi alam lain. Pendekatan dengan ciptaan Tuhan adalah caranya untuk mendekati “Kang Murbeng Jagat” (Yang Menguasai alam Semesta) sendiri, dengan kata lain perjalanannya ke alam merupakan kebaktian agama secara individu yang tak kalah pentingnya dengan kebaktian agama secara kolektif di masjid-masjid, di gereja-gereja, di biara-biara, di kuil-kuil atau di tempat ibadah lainnya.

 

Saat mendaki gunung dia sering berhenti di tengah-tengah keindahan alam, selalu, sambil menghisap keindahan, ia melakukan perenungan-perenungan. inti dari perenungan ini adalah upacara untuk berkomunikasi dengan Kang Murbeng Jagat . Persoalan yang direnungkan mulai dari pribadinya yang ruwet, galau, rumit, pokoknya yang menggelisahkan jiwanya. Namun apapun persoalannya beliau selalu merenungkan dengan dasar pada kesadaran akan “sangkan paraning dumadi” yakni darimana dan akan kemana seisi alam ini, semua permasalahan dikembalikan pada sumber kejadiannya.

 

Proses komunikasi dengan Kang Murbeng Jagat sebenarnya merupakan sikap dari jiwa yang sedang bercinta, sehingga dapat dikatakan bahwa perjalanannya ke alam adalah perjalanan percintaan. dengan mencintai sesama ciptaan Tuhan di dalam semesta ini maka akan meneruslah percintaan itu kepada Sang Pencipta sendiri.

Kalau dalam era modern ini seringkali kita memerlukan kamar studi (kelas) untuk belajar, ya walaupun sekarang sudah banyak sekali kurikulum yang lebih mengajak siswanya untuk keluar mengenal alam secara langsung, namun pada waktu Raden Mas Sudjono belajar (self-learning) kamar studinya adalah alam dan desa, sebab kamar studi semacam itu lebih cocok bagi seorang yang energinya dan gairah hidup yang besar. Pohon, burung, bulan, sungai, laut dan kehidupan rakyat kecil adalah perpustakaannya.

 

Nah sekarang kita pasti sudah membayangkan seorang pangeran jalan-jalan pastinya didampingi oleh bodyguard lengkap dengan umbrella girl dan kendaraan mewah, oke cukup, berhenti sampai disitu, sebab jangan berimajinasi beliau memakai pakaian-pakaian kerajaan resmi lebih-lebih pakaian adventure yang saat ini wajib dipakai saat berkegiatan outdoor adventure. Tanpa kamera dan alat-alat lain untuk menyimpan kenangan dan pencapaiannya, beliau hanya menggunakan anugrah yang sudah diberikan Kang Murbeng Jagat yakni pikiran dan hati. Kenyataannya beliau berpakaian sehari-hari layaknya seorang santri, sehingga ia lebih bisa menghayati pergaulan yang spontan dengan rakyat di desa-desa.

 

Beliau tidak memiliki guru secara khusus dalam belajar, terkecuali alam semesta. Pergulatannya dalam perenungan sangkan paraning dumadi nya akhirnya berakhir, beliau menemkan bahwa sejatinya tujuan hidup seorang manusia adalah: bisa membahagiakan hati sesama makhluk, memuliakan sesama yang tumbuh, memperbanyak perbuatan baik, berlemah-lembut dalam bahasa, bahasa yang penuh maksud baik, menggembirakan para pendengarnya (Nukilan dari Babad Giyanti, yang disampaikan Raden Mas Sudjono kepada Ronggo Wirosetiko dan Demang Djojoroto)

 

dari situlah akhirnya beliau melepaskan semua ego nya dan mengaktualisasikan dirinya, tanpa mengharapkan imbalan apapun, untuk kesejahteraan manusia dan menjadi raja pertama Ngayogyakarta Hadiningrat.

 

Diambil dari Latihan Sultan Hamengku Buwono I di masa remaja oleh W.S. Rendra dalam Ngayogyakarta dan foto dari komari art galery

 

2 comments on “Backpacking ala Hamengku Buwono I

  1. isin brad, wong jogja rung tau munggah merapi.. *gojek 😛

    keren ih ini cerita cerita tentang HB I, i want more, i want more…

Leave a reply to Arki Cancel reply